“Ma, weekend ini kita mau ke mana? ” tanya adik.
“Uhm, adik mau ke mana emangnya? ” tanyaku balik.
Aku tersenyum di balik kemudi mobil. Perjalanan pulang selalu saja mengasyikkan bagi kami. Bagaimana tidak? Sepanjang perjalanan, ada saja celotehan Ray dan cerita tentang teman sekolahnya.
Terkadang dia menceritakan Hery, teman sebangkunya yang kadang usil menyembunyikan penghapus maupun rautan. Dan ketika Ray menyadari, Hery akan memamerkan sederetan gusi tanpa gigi susu. Jika sudah begitu, mereka berdua akan tertawa bersamaan hingga Bu Lani akan tersenyum, lalu bertanya, “Ray, bagaimana jawaban untuk soal ini?”
Tapi yang bikin aku tergelitik dalam keseriusan, tatkala Ray bercerita tentang gedung sekolahnya yang baru dibangun. Dengan bangga dia kembali bercerita tentang peralatan laboratoriumnya yang super bagus.
“Ma, Mama tau floem sama xilem ngga?”
“Tau dong, yang ada di batang pohon itu kan, Dek? ”
“Iya, kami hari ini ada kelas Biologi, lalu percobaan di laboratorium pakai mikroskop. Asyik banget, Ma. Minggu depan kami praktik lagi…. ”
Dialog asyik itu kembali mengudara dia atas aspal yang masih saja panas meski Raja Siang telah tumbang. Angin mencericit. Pagar tergesek senyap.
“Aku pulang…. ” teriaknya ceria.
“Dek, besok mau ke toko buku ngga? Kita cari buki tentang mikroorganisme. Tapi sebelumnya, temani Mama ke kantornya Tante Sasa dulu ya.”
“Oke, Ma. Rebes.”
Malam makin menukik. Deretan celoteh Ray makin berkurang. Mata sayunya tak bisa berbohong, seharian beraktivitas, membuatnya tumbang. Dari balik selimut bergambar Superman, dia terlelap setelah sebuah fabel aku bacakan.
Kembali sebuah pagi yang sibuk. Rentetan klakson pinggir kota memenuhi telinga.
“Ray tau ngga, kita mau ke mana?”
“Enggak.”
“Kita mau ke kantor pajak. Dari sinilah, pendapatan negara diadministrasikan. Pembangunan gedung sekolah dan peralatan laboratorium Ray itu, juga dari sini lho.”
“Iyakah, Ma?”
“Wah… kalau begitu, Ray harus mengucapkan terima kasih kepada pegawai pajak ya, Ma. Karena berkat mereka, gedung sekolah Ray bisa baguuuuuuusss banget. Ray juga bisa ngeliat xilem dan floem pakai mikroskop.”
“Iya, Nak. Nanti Mama kenalin sama Tante Sasa ya. ”
“Iya, Ma. Eh, sekarang bukannya Sabtu ya, Ma? Kantor Pajak buka kah? ”
“Kata Tante Sasa, Sabtu tetap buka, untuk pelayanan Tax Amnesti. Dari pukul 8 pagi sampe 2 siang.”
“Ooo…. ”
Kemudi masih berputar mengikuti alur alir jalan yang terkadang menjengkelkan. Udara memanas. Dedaunan tergesek angin yang bersuhu gerah.
“Hay, Sa…. ”
“Ve, apa kabar? Makasih udah mau mampir. Ada yang bisa aku bantu? ”
“Ini, aku mau nganter anakku, Ray, kenalin. ”
“Halo Tante Sasa, saya Rey. Makasih ya, berkat Tante gedung sekolah saya sekarang jadi bagus. ”
“Sama-sama, Ray yang baik. Memangnya Ray sekolah di mana? ”
“Di SMPN 2, Tante. ”
“SMP Negeri ya? Kalau sekolah negeri memang dapat subsidi pembangunan dari pemerintah, Sayang. Nah, bentuknya bisa pembangunan gedung, peralatan sekolah, bahkan buku pelajaran. Memang selalu ada anggaran 20% dari APBN untuk dana pendidikan.”
“Jadi selama ini, dana pajak itu ada yang dipakai buat pendidikan juga ya, Tante. Ray baru tahu.”
“Iya, Ray. Jadi, Pajak kan dijumlahkan dengan Pendapatan Negara Bukan Pajak atau PNBP, lalu ditambah lagi dengan Dana Hibah dan lain-lain. Nah, dana yang dikumpulkan ini semua akan dipecah-pecah menjadi beberapa bagian. Salah satunya buat pendidikan.”
“Wuih, keren. Kalau sudah besar, saya mau jadi kayak Tante Sasa. Bekerja buat pembangunan negara, pasti asyik. ”
“Hehehe, apapun kerjanya, asal kita cinta sama Indonesia, pasti asyik, Ray. Apalagi kalau kita punya integritas. Belajar yang rajin ya. Oya, Ve. Tadi kamu mau apa? ”
“Mau nanyain NPWP aku nih, aku kan mau lapor e-filing tapi belum ada efin, bisa minta tolong ngga? ”
“Yah, Ve. Maaf banget ya. Kami buka cuma buat pelayanan Tax Amnesti aja. Kalau mau konsultasi bisa sama aku.”
“Yah…. gitu ya. Hehehe, maaf deh, Sa. Aku baca pengumumannya kurang teliti.”
“Mama…. ”
🏢 KPP Pratama Pontianak 😻