Hari Gini Ngepoin Pajak

“Pa, kenapa sih? Udah tahu kalau kebutuhan kita banyak. Masih aja bayar pajak. Papa ngga tahu ya kalau cabai sekarang udah tembus 170ribu per kilo? Kangkung seikat aja udah 5ribu. Mahal, Pa. Trus Papa tega gitu ngurangin jatah belanja mama?”
.
“Omset kita per bulan juga ngga tentu. Kadang banyak kadang sedikit. Ya kalau nutup modal, kalau enggak? Belum lagi kalau ada yang utang. Untung dari mana lagi, Pa?”
.
“Uang listrik sama air membengkak, tabung gas juga makin mahal, sembako harganya naik-turun kayak kumis Papa.”
|…|
Koran yang sedari tadi digenggam, tiba-tiba diturunkan, lalu dilipat rapi di atas meja, diletakannya di samping teh hangat yang barusan Mama seduh. Senja kali ini panas, senada dengan suasana hati wanita paruh baya yang mendapati Surat Setoran Pajak PPh Final 1% masa Februari 2017 di arsip suaminya.
.
Teh masih mengombak dengan kepulan asap yang menari gemulai. Warnanya seirama langit mengepung kolase waktu yang telah lalu. Sedalam itu ingatannya menyeret dan mengajaknya bermain-main kembali dalam puzzle masa.
|…|
“Ma, seumpama Papa ngga ngasih Mama uang bulanan sama sekali, apa Mama bisa belanja kebutuhan rumah dan toko?”
|…|
“Ya enggak lah, Pa. Kalau ngga ada duit, kita makan dari mana? Kita ngga akan punya baju, ngga bisa beraktivitas lancar, atau bahkan kita ngga akan punya rumah.”
|…|
“Nah itu, fungsi pajak ya seperti itu.”
|…|
“Begitu bagaimana? Papa ngga usah ngaco deh ah, ngga asyik.”
|…|
“Loh, ya benar. Coba Mama bayangkan, bagaimana pemerintah bisa membangun jalan raya, rumah sakit, sekolah, maupun fasilitas umum lain tanpa uang dari pajak? Memangnya tukang minyak bisa simsalabim aja ngerubah minyak mentah menjadi bensin, atau melototin tiang listrik sama kabel?”
.

IMG-20170321-WA0003.jpg

.
“Coba deh, Ma. Indonesia ini sudah berbaik hati sama kita, sudah dikasih subsidi BBM, listrik, uang sekolah, BPJS, jalan raya yang mulus beraspal itu juga. Belum lagi Dana Transfer ke Daerah, Dana Desa, Pariwisata dan Lingkungan Hidup, Pelayanan Umum, Pertahanan, Ekononi, Ketertiban dan keamanan, Perlindungan Sosial, Perumahan dan Fasilitas Umum, Keagamaan, dan lain-lain…. Eh, Mama kok udah cantik, mau ke mana?”
|…|
“Papa daritadi ngomong mulu ah, ayo cepet, Mama antar ke kantor pajak.”
.
.
.
.
.
.
@ainadari
21 Maret 2017
KPP Pratama Pontianak

Istana Al Mukarromah, Sintang, Kalbar

Dengan gaya khas Melayu, bangunan ini masih terawat apik sejak abad ke-13. Didirikan oleh Demong Irawan, seorang keturunan kesembilan dari Aji Melayu, di pertemuan Sungai Kapuas dan Melawi. Tepatnya di Kampung Kapuas Kiri Hilir.

Awalnya, daerah ini diberi nama Senetang, yang artinya kerajaan yang diapit oleh beberapa sungai. Lambat laun, pengucapan Senetang berubah menjadi Sintang.
Tak ubahnya dengan corak bangunan Keraton Kadariyah di Pontianak, gedung ini syarat dengan warna kuning dan beberapa meriam di sekitar halaman. Bedanya, Keraton Kadariyah bermodel rumah panggung. Di samping keraton terdapat masjid agung dan sebuah dermaga kecil.

Sayangnya kami belum berkesempatan memasuki area keraton lebih dalam karena waktu kunjung yang terbatas.

●Melihat Kalimantan lebih dekat ke tempat yang jauh●

 

https://www.instagram.com/p/BIkL15ohiub/?taken-by=miladani.i.nadari